I.
PENDAHULUAN
Tasawuf adalah bagian dari syari’at Islamiah yakni
wujud dari ihsan. Salah satu dari kerangka ajaran Islam (Iman, Islam, dan
Ihsan). Oleh karena itu perilaku tasawuf harus tetap berada dalam kerangka syari’at
Islam. Tasawuf merupakan perwujudan dari ihsan yang berarti beribadah kepada
Allah seakan-akan melihat-Nya. Apabila tidak mampu, maka harus disadari bahwa
Dia melihat diri kita adalah penghayatan seseorang terhadap agamanya. Dengan
demikian tasawuf sebagaimana mestinya pada umumnya, bertujuan membangun dorongan-dorongan
yang terdalam pada diri manusia. Yaitu dorongan untuk merealisasikan diri
secara menyeluruh sebagai makhluk, yang secara hakiki adalah bersifat
kerohanian dan kekal.
Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang
sumber-sumber ajaran tasawuf yang dianggap penting untuk mengetahui apa yang
para sufi jadikan dasar sehingga mereka mengamalkan ilmu tasawuf tersebut.
Semoga dengan adanya makalah yang begitu singkat ini, dapat memberikan
informasi kepada kita tentang hal-hal yang menjadi sumber ilmu tasawuf sehingga
menjadikan kita lebih bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan segala
sesuatu dengan penuh hikmah didalamnya.
II.
RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan-permasalahan yang akan kita bahas
dalam makalah ini antara lain yaitu:
1. Bagaimana penyelidikan ahli-ahli
pengetahuan tentang tasawuf?
2. Apa menjadi sumber-sumber ajaran tasawuf?
3. Bagaimana perkembangan tasawuf?
4. Apa saja ilmu-ilmu atau ajaran tasawuf?
III.
PEMBAHASAN
A.
Penyelidikan Ahli-Ahli Pengetahuan Tentang
Tasawuf
Sebagian ahli berpendapat bahwa sumber pengambilan
tasawuf semata-mata agama Islam yaitu Qur’an dan Hadist. Dan banyak pula
orientalis barat berpendapat bahwa pengambilannya ialah ajaran Persia, atau
Hindu, atau agama Nasrani, atau filsafat Yunani. Dan ada yang berpendapat,
sumber tasawuf Islami adalah dari semua itu.
Maha guru dan penyelidik Masignon menyatakan bahwa ahli-ahli penyelidik Ilmu Keislaman
(Islamologi) masih saja belum dapat menetapkan garis besar perpaduan fikiran
dalam masalah ini. Kita perhatikan dengan saksama bahwa sejak lahirnya agama
Islam kehidupan tasawuf itu telah timbul dalam kalangan muslimin sendiri karena
membaca Qur’an dan Hadits. Pembaca itu telah mempengaruhi hidup mereka,
sehingga membawa beberapa kejadian, dan mengantarkan penganut-penganutnya
menuju beberapa tingkat kesempurnaan hidup. [1]
B. Sumber-Sumber Ajaran Tasawuf
Materi ajaran tasawuf dilihat dari segi
ibadah dan akhlak, dalam pengertian yang luas sudah terdapat dalam al-Qur’an
dan sunah sebagaimana keberadaan ilmu agama yang lain. Jika ilmu tasawuf tidak
ditemukan pada masa ini, ajaran tentang ibadah, akhlak, pendidikan jiwa,
hubungan dengan Allah, nilai-nilai kemanusiaan, semuanya diatur dalam islam.
Ajaran itulah yang disebut dengan tasawuf sebagaimana yang dikenal oleh
masyarakat pada waktu itu.
Ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu akhlak, ilmu
kalam, ulumul Qur’an, ulumul hadits dan ilmu-ilmu lain dalam Islam penamaannya
baru muncul setelah Rasul SAW wafat, demikian juga dengan ilmu tasawuf,
ketetapan namanya baru dikenal jauh setelah Rasul SAW wafat. Ada beberapa hal
yang menjadi sumber dari ilmu tasawuf, yaitu: Allah, Rasul, ijma’ sufi, ijtihad
sufi, qiyas sufi, nurani sufi, dan amalan sufi. Untuk lebih jelasnya, berikut
adalah bahasan satu per satu dari sumber ajaran tasawuf.
1.
Allah
Allah
merupakan zat sumber ilmu tasawuf. Tidak ada seorangpun yang mampu menciptakan
ilmu tasawuf selain Allah. Allah mengajarkan ilmu kepada para sufi lewat
hidayah (ilham) baik secara langsung ataupun melalui perantara sesuai yang Dia
kehendaki. Ada kalanya melalui Al Qur’an dengan metode iqro’ul Qur’an (membaca,
menyimak, menganalisa isi kandungan Al-Qur’an).
Selain melalui Al-Qur’an, ada juga melalui alam dengan cara perenungan sufi dan lain sebagainya. Pada
intinya merupakan hidayah dari Allah, kemudian berwujud menjadi ide tercerah
dalam nuansa pemikiran dan keyakinan di dalam hati untuk dimanifestasikan dalam
realita kehidupan nyata sebagai bentuk pengabdian diri kepada Allah.
2.
Rasul
Rasul
merupakan sumber kedua setelah Allah bagi para sufi karena hanya kepada Rasul
sajalah Allah menitipkan wahyu-Nya. Selain itu, Rasul juga satu-satunya manusia
yang sempurna dalam segala hal. Beliau adalah insan panutan bagi semua manusia
terutama kaum sufi yang senantiasa mencoba meniru semua kelakuan Rasulullah
dengan sebaik-baiknya.
3. Ijma’ Sufi
Ijma’ sufi (kesepakatan para ulama tasawuf) merupakan
esensi yang sangat penting dalam ilmu tasawuf, karena mereka dijadikan sebagai
sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf setelah Al-Qur’an dan Hadits.
4. Ijtihad Sufi
Dalam kesendiriannya,
para sufi banyak menghadapi pengalaman aneh. Pengalaman aneh itu sebagai alat
pembeda antara kepositifan dengan kenegatifan dalam pengalaman itu. Maka
diperlukan ijtihad bagi setiap sufi sebagai sumber ke empat dalam ilmu tasawuf
jika belum ditemukan dalam Qur’an, Hadits, maupun ijma’ sufi.
5. Qiyas
Sufi
Qiyas merupakan penghantar sufi untuk dapat berijtihad
secara mandiri jika sedang terpisah dari jama’ahnya, maka qiyas ditempatkan
pada sumber ke lima dalam ilmu tasawuf.
6. Nurani
Sufi
Setiap sufi memiliki nurani yang tajam di hatinya. Ada
yang menyebutnya dengan istilah firasat, rasa, radar batin dan sebagainya itu
merupakan anugerah Allah terhadap kaum sufi, bisa dari keikhlasan, kesabaran
dan ketawakalannya dalam beribadah kepada Allah tanpa kenal lelah. Maka nurani
sufi merupakan sumber yang ke enam dalam ilmu tasawuf.
7. Amalan Sufi
Al-Qur’an, Al-Hadits ,
Ijma’ Sufi, Ijtihad Sufi, Qiyas Sufi dan Nurani Sufi seperti yang telah dijelaskan
di atas akan sia-sia tanpa pengalaman kaum sufi. Maka amalan sufi merupakan
sumber ke tujuh dalam ilmu tasawuf.
Jika ke tujuh sumber di
atas mampu ditelusuri, maka kita akan tahu, mengerti, memahami dan mampu
menghayati hakikat ilmu tasawuf.[2]
C.
Perkembangan Tasawuf
Menurut Ibnu Khaldun,
tasawuf adalah ilmu syari’at yang timbul di dalam agama. Asalnya ialah tekun
beribadah dan memutuskan pertalian dengan segala sesuatu selain Allah, hanya
menghadap Allah semata[3]. Sumber
keilmuan tasawuf adalah disiplin ilmu yang baru dalam syari’at Islam, demikian
menurut Ibnu Khaldun. Adapun asal-usul tasawuf menurutnya adalah konsentrasi
ibadah kepada Allah, meninggalkan kemewahan dan keindahan dunia dan menjauhkan diri
dari akhlak. Ketika kehidupan materialistik mulai mencuat dalam perilaku
kehidupan masyarakat muslim pada abad kedua dan ketiga hijriyah sebagai akibat
dari kemajuan ekonomi di dunia Islam. Orang-orang yang berkonsentrasi beribadah
dan menjauhkan diri dari kemewahan kehidupan dunia disebutlah kaum sufi.
Berbeda dengan Ibnu
Khaldun, Muhammad Iqbal dalam bukunya “Tajdid
al-Fikr ad-Dini al-Islam” berpendapat bahwa tasawuf telah ada semenjak
Nabi. Riyadoh Diniyyah telah lama menyertai kehidupan manusia sejak awal-awal
bahkan kehidupan ini semakin mengental di dalam sejarah kemanusiaan.
Akar-akar tasawuf islam merupakan
penjabaran dari ihsan. Ihsan sendiri merupakan bagian dari triologi ajaran
islam. Islam kesatuan dari Iman, Islam, dan Ihsan. Islam adalah penyerahan diri
kepada Allah secara zahir. Iman adalah I’tikad batin terhadap hal-hal ghaib
yang ada dalam rukun iman. Sedangkan Ihsan adalah komitmen terhadap hakikat
zahir dan batin.[4]
D. Ilmu atau Ajaran Tasawuf
Pada abad keempat mulai
dijelaskannya ilmu batin atau ilmu lahir. Ilmu tersebut ada empat bagian yang
terkenal yaitu: Syari’at, tarekat, ma’rifat, dan hakikat. Dan berikut adalah penjelasannya:
1.
Syari’at
Syari’at artinya undang-undang atau
garis-garis yang telah ditentukan. Termasuk kedalamnya hukum-hukum halal dan
haram, yang tersuruh dan yang terlarang, yang sunat dan yang makruh. Termasuk
di dalamnya segala amalan: shalat, puasa, zakat, haji dan berijtihad
(berperang) pada jalan Allah, menuntut ilmu-ilmu lainnya. Segala perbuatan yang
dikerjakan oleh orang Islam tidaklah keluar dari garis suatu hukum
sekurang-kurangnya yang mubah artinya
yang dibolehkan mengerjakan.[5]
2.
Tarekat
Dalam tasawuf, tarekat adalah jalan menuju
Tuhan atau bahasa inggrisnya the path.
Tarekat (thariqat) pada dasarnya tak terbatas jumlahnya, karena setiap manusia
semestinya harus mencari dan merintis jalannya sendiri, sesuai dengan bakat dan
kemampuan ataupun taraf kebersihan hati mereka masing-masing.[6]
3.
Ma’rifat
Ma’rifat secara bahasa artinya pengetahuan
atau ilmu. Dalam istilah tasawuf berarti mengenal atau melihat alam ghaib
seperti surga atau neraka , bertemu dengan nabi, para malaikat, para auliya,
dan lain-lain yang terjadi bukan dalam mimpi.[7]
4.
Hakikat
Hakikat, yaitu kebenaran sejati dan
mutlak. Yang merupakan segala perjalanan, bagaimanapun jauhnya dan merupakan
akhir dari semua langkah, tujuan segala jalan (thariqat). [8]
IV.
KESIMPULAN
Penyelidikan ahli-ahli pengetahuan tentang tasawuf.
Sebagian ahli berpendapat bahwa sumber pengambilan tasawuf adalah semata-mata
agama Islam yaitu Qur’an dan Hadist. Sedangkan secara umum, ada beberapa hal
yang menjadi sumber dari ilmu tasawuf, yaitu: Allah, Rasul, ijma’ sufi, ijtihad
sufi, qiyas sufi, nurani sufi, dan amalan sufi.
Sedangkan ilmu atau ajaran tasawuf yaitu:
syari’at, tarekat, ma’rifat, dan hakekat.
Syari’at artinya undang-undang atau garis-garis yang
telah ditentukan. Dalam tasawuf,
tarekat adalah jalan menuju Tuhan atau bahasa inggrisnya the path. Ma’rifat secara
bahasa artinya pengetahuan atau ilmu. Hakikat,
yaitu kebenaran sejati dan mutlak.
REFERENSI
Hamka, Tasauf Modern, Pustaka Panjimas,
Jakarta, 1990
Hamka, Tasauf
Perkembangan dan Pemurniannya, Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1993
Simuh, Tasawuf
dan Perkembangannya Dalam Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta, 1996
No comments:
Post a Comment